Higehiro : After Story - Fanmade (Chapter 1 - Bahasa Indonesia)
HIGEHIRO : After Story - Fanmade (Chapter 1 - Bahasa Indonesia)
Chapter 1 : Teman Baru - 1
1. Ilham Purnama
Aku bertemu dengannya di rumah Yoshida-san. Ia datang karena ingin mencari apartemen untuk tempat tinggalnya. Kebetulan di sebelah tempat kami tinggal ada apartemen kosong. Yoshida-san ingin menolongnya karena merasa kasihan dengannya yang sudah seharian tidak menemukan tempat tinggal yang cocok dengannya dan terpikir di benaknya kalau ada apartemen kosong di sebelah. Tapi karena sudah larut malam Yoshida-san menyuruhnya untuk tidur di tempat kami. Tentu saja aku terkejut akan hal itu. Sebelumya aku ingin menolak. Membawa orang tak dikenal buat nginap gitu aja, laki-laki pula. Aku juga agak trauma dengan masa laluku. Tetapi Yoshida-san menjamin bahwa hal yang tidak dinginkan takkan terjadi. Akhirnya aku menerimanya karena dulu aku juga begitu ketika meminta Yoshida-san agar bisa memberi tumpangan.
Ketika kami bertiga sedang duduk berkumpul sambil memakan hidangan yang ada. Ilham mulai menceritakan penyebab ia bisa datang kemari dan sebelum itu, ia sempat memperkenalkan dirinya pada kami.
"Maaf ya paman, aku jadi ngerepotin kalian..."
"Tidak apa-apa. Anggap saja rumah sendiri. lagian besok kau tinggal di sebelah kan. Sudah kubilang, aku bukan pamanmu. Jangan panggil aku paman..!" Jawaban yang serupa seperti ketika aku memanggil Yoshida-san dengan sebutan 'paman' saat pertama kali bertemu.
"Kalau begitu bagaimana aku bisa menyapamu kalau aku tidak tahu cara memanggilmu?"
"Panggil aja Yoshida-san, aku memanggilnya begitu." Sahutku.
"Oh, baiklah kalau begitu. Sebelumnya izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Ilham Purnama. Panggil saja aku Ilham. Aku seorang siswa SMA. Salam kenal ya, mohon bantuannya!"
"Namaku Sayu. Ogiwara Sayu. Mohon bantuannya juga ya!" Memberi nama asliku sudah bukan masalah bagiku sekarang. Entah kenapa aku lebih biasa menunjukkan nama asliku pada orang yang tak kukenal sejak bertemu dengan Yoshida-san pertama kalinya.
"Tunggu, kau memberi tahu nama aslimu padaku tanpa ragu? Padahal aku tidak menanyakannya loh..."
"Tidak apa-apa, aku udah biasa kok. Tidah usah dipikirin."
"Hmm, nama keluargamu kok beda dari Yoshida-san ya?"
"Oh, dia juga menumpang disini. Sama sepertimu." Yoshida-san tiba-tiba menyahut.
"Loh, kamu juga numpang di sini, Ogiwara-san?"
"Dia kabur dari rumah, entah kenapa tidak mau pulang..."
"Apa? kabur?"
"Ah... itu... Yoshida-san ini sebenarnya abang sepupuku. A..aku cuma ingin mencari ketenangan saja tinggal di sini. Di rumahku agak risih sih, makanya aku kesini."
"Ternyata begitu... Kukira ada masalah lain tadi."
Aku lagi-lagi berbohong tentang kejadian yang sebenarnya. Seperti halnya yang kulakukan pada Asami sebelumnya ketika ia pertama kali berkunjung ke sini. Karena aku tidak ingin bertambahnya orang lain yang tahu masalahku ini. Tapi aku sudah siap jika kebohongan ini kembali terbongkar. Seperti halnya Asami yang mengetahui sendiri masa laluku.
Ngomong-ngomong kamu bukan orang Jepang ya? Dari namamu sudah bukan nama orang Jepang."
"Iya. Aku bukan orang Jepang. Aku pelajar dari luar negeri. Tepatnya aku dari Indonesia. Saat ini aku memillih pendidikan SMA ku di Jepang."
"Begitu ya, pantasan saja... Tapi bahasa Jepang mu bagus juga. Sudah seperti penutur lokal saja."
"Ah, kamu memujiku berlebihan. Kemampuan bicaraku ini masih biasa-biasa saja loh."
"Tapi aku serius loh... Ngomong-ngomong kenapa kamu bisa bertemu dengan Yoshida-san?"
"Hmm... Begini, setelah seharian keliling kota untuk nyari apartemen kosong, karena ga ketemu terus aku memilih istirahat untuk makan malam. Kebetulan ada restoran yang jualan yakiniku, jadi aku langsung mampir ke sana. Setelah selesai makan, aku malah kebingungan harus kemana lagi. Kalau ke apartemen lamaku ga bakal awet uangku karena saking mahal harga sewanya. Rasanya udah pasrah pengen tidur di jalan. Saat itu, Yoshida-san yang baru keluar dari restoran melihatku duduk termenung seperti orang kena seribu masalah. Lantas ia menegurku pulang karena ga boleh anak SMA keliaran malam-malam. Padahal bagiku itukan cuma berlaku buat anak perempuan..." (*Yakiniku : Daging panggang)
"Tapi lihat juga pakaianmu itu pakaian apa Ilham." Yoshida-san tiba-tiba menyela cerita Ilham.
"Iya aku tau ini seragam SMA, tapi bukannya gapapa ya kalau laki-laki keliaran malam-malam gini?"
"Daripada ada salah paham lalu ditangkep polisi lu mau pilih mana, Ham?"
"Iya deh, iya... Berasa bokap sendiri dah..."
Aku tertawa sumringah menyaksikan perdebatan kecil mereka. Ilham ternyata orangnya humoris juga, bisa menghangatkan suasana dengan sifatnya yang sedikit keras kepala. Ia lantas ingin melanjutkan ceritanya.
"Sampai mana tadi aku cerita?"
"Lah, kamu yang cerita kok malah lupa? Hahaha." Lagi-lagi aku dibikin tertawa olehnya.
"Habisnya sih lagi asik cerita malah dipotong."
"loh, lu sendiri masih ngebandel. Yaudah gih, lanjutin." Yoshida-san meresponnya sambil tertawa kecil.
"Nah, baru aku ingat!..." Kemudian Ilham melanjutkan ceritanya.
(Dialog Ilham dan Yoshida-san saat didepan restoran.)
"Lalu kenapa kamu masih keliaran disini?"
"Daritadi aku keliling buat nyari apartemen kosong, tapi tidak berhasil. Aku bingung harus kemana lagi..."
"Jadi begitu masalahmu? hmm gini, kebetulan di sebelah rumahku ada apartemen kosong, harganya tidak terlalu mahal. Cocok buat budget anak SMA sepertimu. Kalau kau mau aku bisa bilang ke pemiliknya."
"Wah, serius paman? Aku mau! Terima kasih banyak paman karena sudah mencarikan tempat tinggal untukku."
"Sama-sama. Tapi jangan panggil aku paman! Aku bukan pamanmu!"
"Oh, baiklah kalau begitu."
"Ayo, ikut aku!"
Ditengah jalan, Yoshida-san sempat menghubungi pemilik apartemennya. Tapi pemiliknya bilang karena sudah larut malam, ia memilih bertemu besok saja.
"Pemilik apartemennya bilang dia mau bertemu besok saja karena sudah terlalu larut malam. Gimana, kamu mau kemana? mau menunggu besok?"
"Yah... Mungkin aku bakal tidur di jalan atau lorong malam ini, heheh..."
"Gila ah, ga bakal kubolehin! sekarang kamu lagi bersamaku, karena kamu anak SMA dan aku orang dewasa disini, artinya kamu tanggungjawabku sekarang."
"Ah, paman berlebihan banget! aku gapapa kok, kan besok masih bisa ketemu."
"Ga peduli mau berlebihan atau kagak, daripada kamu yang celaka di luar sana. Kamu itu masih SMA, disini kejahatan pada murid SMA itu sering terjadi. Sudah kubilang jangan panggil aku paman!"
"Kalau bilangnya begitu jadi aku harus kemana? Ke hotel gitu? Jaraknya jauh dari sini."
"Yaudah, Nginap aja di rumahku. Kan besok kamu bakal tinggal di sebelah juga, kan? Kalau ke hotel kamu bakalan bolak balik lagi kesini."
"R-rumah mu? apa gapapa aku tidur di sana malam ini? Aku takut ngerepotin."
"Gapapa, ga ngerepotin kok, daripada kamu jauh-jauh ke hotel malam ini atau luntang-lantung di jalan lebih baik kubawa aja sekalian."
"Terima kasih banyak paman, maaf ya ngerepotin."
"Jangan panggil aku paman! Berapa kali sudah ku bilang..."
"Iya maaf... Ngomong-ngomong di rumah tinggal sendirian?"
"Ngga, aku tinggal berdua."
"Sama siapa?"
"Nanti kamu tahu sendiri."
"Hm, pacarmu?"
"Bukan! Udah gausah nebak, lihat aja nanti."
"Ah, cie ngeblush pipinya... Pacarnya nih kali."
"KAGAK! Udah kubilang bukan pacarku!"
"Hahahaha....."
...
"Hahaha, Jadi begitu kejadiannya? Tapi aku gak habis pikir kalian langsung bisa akrab begitu. Padahal baru saling kenal."
"Yah... Entah kenapa aku bisa mudah akrab dengan anak ini. Padahal baru aja kenalan. Mungkin karena tingkahnya mirip denganmu, Sayu. Ketika aku berbicara dengannya jadi keingat kamu."
"Yoshida-san, jangan nyamain orang seenak jidat, dong! Baru aja pertama ketemu, loh..."
"Lah, habisnya memang gelagatmu sama kaya Sayu. Aku cuma ngomong apa yang ada di benakku aja."
"Kok malah mirip aku, sih? Ih... Nyebelin!"
"Hahahahaha...." Yoshida-san tertawa keras melihatku canggung sebegitunya saat aku dimirip-miripin dengan Ilham.
"hmm... Ogiwara-san, sebelumnya sih ketika aku baru tiba disini, aku mengira kalau kamu pacarnya om-om sok kenal ini. Soalnya dia bilang kalau dia tinggal berdua di rumahnya."
"Enak aja kamu sebut aku om-om sok kenal."
"Hahaha, santai saja. Panggil saja aku Sayu. Ga papa kok. Kamu bisa bicara santai dengan Yoshida-san, artinya kamu juga bisa bicara santai denganku. Ngomong-ngomong memang banyak sih yang beranggapan kami pacaran, padahal engga. Temanku juga beranggapan begitu sebelumnya. Karena aku belum lama sih disini, jadi wajar aja kalau ada salah paham."
"Kalau gitu, ada peluang nih..."
"Peluang apa?"
"Ya... Peluang jadi pacarmu, hahaha."
"Main langsung ke sana aja, ga ah!"
"Jangan sok jual mahal, ntar nyesel ga laku loh."
"Ih apaan sih!"
"Hahahahahaha."
"Kamunya juga jangan kepedean, Ilham. Ntar kalau ditolak bakal kena mental berbulan-bulan, hahaha."
"Itu sih di benakmu aja, Yoshida-san. Om-om ga usah dah ikutan ngurus pikiran anak muda."
"Kau kira aku ga pernah muda apa? Aku ini pengalamannya juga banyak loh."
"Iyain aja dah, ntar makin panas lagi kaya air mendidih."
"Ini anak nampaknya memang mau disiram air mendidih ya. Sini kamu, Ilham!"
"Hahahahahahaha."
Baru pertama kalinya aku dibuat tertawa seperti ini. Keberadaan Ilham juga membuat suasana rumah Yoshida-san jadi makin ramai. Padahal kami cuma bertiga. Tak hanya humoris, Ilham juga mudah ramah dengan orang lain yang baru ia kenal. Yang pastinya dia melakukannya dengan caranya sendiri. Tapi siapa sangka, Ilham yang berada di hadapanku ini akan menjadi orang yang sangat berpengaruh terhadap hubunganku dan Yoshida-san kedepannya. Pola pikirku pun akan berubah karenanya juga. Oleh sebab itu aku bersyukur bisa memiliki sahabat seperti dia di masa depan.
Karena sudah terlalu malam, kami memutuskan untuk tidur. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi, aku melihat seseorang keluar dari kamar mandi. Aku kira ada orang lain masuk ke rumah, ternyata Ilham. Tapi entah kenapa setelah itu dia tiba-tiba menghamparkan sesuatu seperti karpet kecil lalu melakukan gerakan-gerakan yang tidak pernah kulihat sebelumnya di atas karpet itu. Aku terus mengamatinya hingga ia selesai melakukan gerakan itu. Ketika Ilham ingin kembali ke futon-nya untuk tidur, aku langsung membalikkan badanku dan langsung tidur lagi. Aku memutuskan untuk bertanya padanya nanti pagi saja, karena aku tidak ingin mengganggu istirahatnya. Selain itu, aku juga penasaran dengan apa yang dilakukannya barusan. Seketika setelah kami sarapan pagi, aku langsung menanyakan hal itu padanya.
"Ilham-san, aku penasaran. Kamu waktu jam 4 tadi ngapain ya? Ngehamparin benda kaya karpet lalu melakukan suatu gerakan yang agak asing bagiku."
"Oh, kau melihatnya, ya? Waktu itu aku sedang Sholat. Aku lupa memberitahumu kalau aku seorang muslim."
"Muslim ya? Aku baru tahu cara muslim sembahyang seperti itu."
"Udah zaman canggih begini tapi kamu masih ngga tau cara orang Islam sembahyang, Sayu? Ga pernah lihat berita atau media kamu?"
"Jarang sih buka berita atau media gitu. Makanya aku kurang tahu, Yoshida-san."
"Aku juga baru tahu kalau Ilham seorang muslim. Tapi tenang saja, Ilham. Aku akan berusaha membuatmu nyaman tinggal disini sebagai seorang muslim."
"Terima kasih ya, Yoshida-san. Aku berhutang budi padamu."
"Tenang saja, ga papa kok. Ga usah dipikirin."
"Aku juga ga masalah punya teman muslim. Justru aku tertarik karena penasaran."
"Terima kasih juga ya, Ogiwara-san. Eh, maksudku Sayu-san."
"Iya, panggil aja aku begitu. Mulai sekarang kita teman ya..."
"Baiklah, sekarang kita adalah teman. Mohon bantuannya ya!"
"Mohon bantuannya juga ya!"
"Hmm... Apa boleh aku memanggilmu 'Sayu-chan'?"
"Boleh kok, ga masalah. Justru aku senang dipanggil seperti itu denganmu."
Akhirnya aku dan Ilham pun memutuskan untuk berteman. Aku benar-benar penasaran dengannya. Baru pertama kali aku memiliki teman dari luar negeri. Setidaknya aku bisa menambah pengalaman. Sekitar 2 jam setelah kami sarapan, pemilik apartemen pun datang untuk mencari Ilham. Dan kemudian, akhirnya kami menjadi tetangga.
Tapi siapa sangka, kalau hubungan kami yang biasa-biasa ini akan berjalan diluar dugaan...
---
Preview :
Higehiro : After Story - Fanmade (Prolog - Bahasa Indonesia)
Ingat ya, ini hanyalah sebuah fanmade, bukan asli dari authornya. Karena pada cerita aslinya bersifat open ending, jadi saya mencoba membuat kelanjutan ceritanya berdasarkan apa yang ada di benak saya. Jika menurut kalian ceritanya bagus, saya akan lanjutkan... Terima kasih sudah membaca dan supportnya. :)
Fanmade by: Muhammad Alfarizi
Komentar
Posting Komentar