Higehiro: After Story - Fanmade (Prolog - Bahasa Indonesia)

HIGEHIRO: After Story (Prolog - Bahasa Indonesia)


Prolog

"Apakah sebenarnya aku ini mempunyai orang yang berharga...? Yang mampu memotivasi diriku disaat masalah sedang menggebu, menolongku disaat ku jatuh ke dasar jurang, menghiburku disaat hatiku bimbang, dan memberikan nasihat-nasihat yang berharga di kala diriku sedang tersesat mencari jalan keluar?"

Semua pertanyaan itu dulunya terpendam di hatiku dan selalu terngiang-ngiang di pikiranku. Akan tetapi, sekarang semua itu telah terjawab dari semua peristiwa yang telah kulalui. Yap! Diriku yang sekarang ini telah banyak berubah berkat bantuan dari orang-orang yang baik dan sangat mau menerimaku bagaimanapun kondisi dan kepribadianku yang benar-benar jatuh saat itu. Karena mereka juga, aku benar-benar menyadari akan begitu berharganya diriku ini sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Aku yang dulunya selalu lari dari masalah hingga diriku terjatuh dalam kegelapan, akhirnya bisa bangkit dan berani menghadapi masalah yang selama ini terus menghampiriku, itu juga karena mereka yang selalu memberikan nasihat, masukan, dan motivasi sehingga timbul rasa berani dan ingin mengakhiri semua masalah yang menghantuiku selama ini. Aku bersyukur karena mereka, aku bisa menjadi orang yang mandiri dan bisa bertanggungjawab terhadap diriku sendiri. Mereka telah membangun kepribadianku yang baru, yang jauh berbeda dari sebelumnya. Aku bersyukur karena aku bisa memiliki orang-orang yang berharga seperti mereka.

Mereka adalah Yoshida-san, Asami, Gotou-san, dan Mishima-san. Mereka semua telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan dukungan yang mampu mengubah cara pandang berpikirku terhadap apa yang telah ku alami dan bagaimana caraku mengambil sikap kedepannya. Terutama Yoshida-san, orang yang kucintai sekarang ini meski usia kami terpaut jauh, sekitar 10 tahun selisihnya. Ia adalah orang yang paling berjasa dalam mengubah cara pandang berpikirku dan kepribadianku. Ia juga berkenan membolehkanku tinggal bersamanya hingga aku pulang ke rumahku di Asahikawa, Hokkaido. Bahkan ia juga menemaniku pulang dan membantuku menghadapi masalah yang selama ini aku tidak berani menghadapinya, yakni konflik dengan ibuku sendiri. Justru Ia juga yang menyelesaikan konflik antar keluargaku dan membuat hubunganku dan keluargaku bisa kembali normal seperti halnya keluarga lain pada umumnya. Hingga kakakku sendiri mengakui bahwa ia sendiripun tidak bisa melampaui Yoshida-san, padahal ia satu-satunya laki-laki yang bisa dikatakan pemimpin dalam keluargaku setelah ayahku kabur entah kemana dengan selingkuhannya. Yoshida-san sudah banyak membantuku, ia terlalu baik padaku. Berbuat baik tanpa menuntut balasan dariku. Ia segalanya bagiku. Oleh karena itu aku mencintainya dan kembali menyusulnya ke Tokyo agar bisa tinggal sama-sama lagi.

Asami, satu-satunya sahabatku sewaktu aku kabur dari rumah ke Tokyo dan seniorku di tempatku kerja part-time, juga banyak memberikan masukan dan motivasi sehingga aku menjadi seorang wanita yang memiliki mental yang kuat. Aku masih mengingat kata-katanya yang membuat hatiku tersentuh.

"Kamu sudah berjalan babak belur sampai ke sini. Hebat banget. Kamu pekerja keras. Aku tahu kalau pilihanmu hanya terus berjalan. Tapi, menurutku tidak ada salahnya beristirahat sesekali. Karena bisa berjalan sampai ke sini, kamu pasti bisa berjalan pulang juga."

Dari kata-kata itu aku menjadi lebih bersemangat lagi untuk menghadapi masalahku dan aku menjadi lebih siap ketika waktunya tiba. Aku sadar setelah bertemu dengannya, bahwa tindakanku sebelum itu benar-benar salah. Aku Bersyukur bisa mempunyai sahabat sepertinya.

Gotou-san dan Mishima-san juga sangat membantu. Mereka berdua adalah rekan kerja Yoshida-san di kantornya. Karena mereka tahu kalau Yoshida-san memungutku sebagai siswi SMA yang kabur dari rumah, mereka jadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak hal dariku. Wajar sih, karena mereka cemas dengan tindakan Yoshida-san yang memungut dan menyelundupkan seorang siswi SMA dirumahnya termasuk tindakan kriminal. Setelah mereka tahu penjelasanku, mereka memahaminya dan justru memberikan dukungan padaku. Mereka paham akan kondisiku. Sehingga aku jadi lebih lega dan merasa ingin bangkit saat mereka memberi pendapatnya tentang keadaanku waktu itu.

Aku sangat bersyukur dan berterimakasih, karena sudah dipertemukan dengan mereka semua. Yang telah menjadikanku seperti saat ini.

Namun, tidak kusangka kalau bukan mereka saja yang merubah hidupku menjadi lebih baik. Ada orang lain yang padahal sebelumnya diriku tidak terlalu mengenalnya dan bertemu secara tiba-tiba, tetapi lambat laun aku menjadi dekat dengan mereka, tanpa kusadari. Mereka juga adalah orang yang berharga bagiku, merekalah yang membuat hidupku menjadi penuh warna dengan persahabatan yang sebelumnya tidak pernah kurasakan. Saat dimana aku mendapat banyak masukan-masukan dan bimbingan dari orang-orang dewasa seperti Yoshida-san, Gotou-san dan Mishima-san, lain halnya dengan Asami dan mereka-mereka ini. Aku jadi lebih mudah berinteraksi dan jadi lebih mudah bergaul dengan orang-orang karena sifat mereka yang mudah terbuka. Asami mengenal mereka terlebih dahulu sebelum aku mengenalnya. Wajar, karena mereka semua adalah teman sekelasnya di SMA. Aku jadi lebih mengenal mereka pun juga karena Asami. 

Awal pertemuanku dengan mereka pun seperti biasa saja, karena pertama kali aku bertemu dengan mereka ketika mereka belanja di minimarket dimana tempat ku bekerja part-time, kecuali satu orang. Dia bertemu denganku di rumah Yoshida-san. Pertemuanku dengannya pun juga dadakan karena Yoshida-san tidak memberitahuku kalau dia akan membawa orang lain kerumah. Yang membuatku terkejut, Dia menginap di rumah Yoshida-san, lebih-lebih ketika aku mengetahui kalau dia seorang siswa SMA sepertiku, dan dia seorang laki-laki.

"Yoshida-san tidak mengabariku kalau akan bawa tamu ke rumah. Aku jadi ga siap-siap..."

"Hahaha, ga apa-apa kok. Maaf ya, baterai HP ku habis, jadi tidak bisa kabarin kamu."

"Kukira ada apa tadi... Ayo masuk."

"Oh iya, anak ini akan nginap disini malam ini. Masih ada futon cadangan kan?" (*Futon : kasur tidur ala Jepang)

"Apa???!... Ga bercanda kan, dia laki-laki loh. Mana belum kenal lagi."

"Ga apa-apa, Aku kan juga laki. Dia hanya disini malam ini, besok dia sudah jadi tetangga kita. Dia akan tinggal di sebelah rumah kita besok. Kamu saja dulu gitu kan, main nginap-nginap aja disini."

"Iya juga ya..."

Anak itu sedikit tertawa sumringah dengan pembicaraanku dan Yoshida-san.

Hatiku sedikit lega ketika Yoshida-san mengatakan kalau dia akan tinggal hanya sehari disini, karena dia sebenarnya ingin menginap di apartemen sebelah tempat kami tinggal dan karena sudah larut malam, tidak mungkin bisa menemui pemilik apartemennya. Aku berkenalan dengannya dan bercerita sedikit dengannya, meski sedikit canggung. Dia orang yang baik juga.

Tidak kusangka, dia yang pertama kali bertemu denganku di rumah Yoshida-san, bakal menjadi salah satu orang yang paling berpengaruh dalam mengubah pandangan hidupku, khususnya tentang arti perasaan manusia yang sesungguhnya. Meski awalnya aku jarang berinterkasi dengannya karena dia juga sibuk dengan organisasinya di sekolah, tapi dia selalu menyempatkan diri untuk menemuiku di kala senggang, dia juga terkadang membawa tugas OSIS ke rumah Yoshida-san supaya bisa berbincang-bincang dan menemaniku. Karena dia, aku jadi lebih terhibur di kala bimbang. Tapi, tanpa sadar saat ini dia telah mengubah cara pandangku terhadap arti dari sebuah cinta yang sebenarnya dari lubuk hati seorang manusia. Oleh karena itu, hingga saat ini dia adalah orang yang sangat berharga bagiku.

Sedangkan dua orang yang kutemui di minimarket itu, mereka adalah orang yang sangat baik dan mudah bergaul. Aku baru mulai akrab dengan mereka setelah menjelang aku pulang ke Hokkaido. Mereka juga memberiku banyak masukan dan pendapat agar bisa menghadapi keluargaku. Mereka juga setia kawan. Karena mereka jugalah aku bisa merasakan bisa punya banyak teman. Hubungan kami tak berhenti di situ saja. Bahkan meski sekarang kami dipisahkan oleh jarak, kami masih bisa berinteraksi. Aku sangat bersyukur karena bisa bertemu dengan mereka. Mereka juga yang berperan dalam hubunganku dengan Yoshida-san kedepannya. 

Semua ini berawal dimasa aku masih tinggal di rumah Yoshida-san....

Sebelum kakakku menjemputku pulang ke Hokkaido....

---


Ingat ya, ini hanyalah sebuah fanmade, bukan asli dari authornya. Karena pada cerita aslinya bersifat open ending, jadi saya mencoba membuat kelanjutan ceritanya berdasarkan apa yang ada di benak saya. Jika menurut kalian ceritanya bagus, saya akan lanjutkan... Terima kasih sudah membaca dan supportnya. :)

Fanmade by: Muhammad Alfarizi





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggunaan kata belakang さん dalam bahasa Jepang